Thursday, June 18, 2020

Penerapan Metode Rational Unified Process (RUP) Dalam Pengembangan Sistem Informasi Berdasarkan Pengalaman Pribadi


Metode Rational Unified Process (RUP) merupakan metode pengembangan perangkat lunak yang iterative dan incremental serta berfokus pada arsitektur. Metode RUP dapat menangani risiko yang berhubungan dengan pengembangan kebutuhan sistem berdasarkan perubahan yang diinginkan oleh klien. Untuk mengurangi risiko tersebut dilakukan dengan pengujian pada setiap akhir tahapan RUP, sehingga akan mudah melakukan perubahan sebelum mencapai tahap akhir. Metode RUP juga mengutamakan kepuasan pengguna sehingga lebih sering melakukan interaksi dengan pengguna[1].


Rational Unified Process merupakan pengembangan perangkat lunak yang dilakukan berulang-ulang (iterative), berfokus pada arsitektur (architecture-centric), dan lebih diarahkan berdasarkan penggunaan kasus (use case driven). RUP menyediakan pendefinisian struktur yang baik untuk lifecycle proyek perangkat lunak. Model proses pengembangan perangkat lunak RUP dapat dilihat pada Gambar 2.2 berikut.
Arsitektur rational unified process[2].

RUP memiliki empat tahap yaitu inception, elaboration, construction, dan transition[3]. Berikut penjelasan mengenai empat tahap pengembangan RUP.
1.      Inception
Tahap ini lebih pada memodelkan proses bisnis yang dibutuhkan  (business  modeling), mendefinisikan  kebutuhan akan sistem yang akan dibuat (requirement) serta analisis dan desain.
2.      Elaboration
Tahap ini lebih difokuskan pada perencanaan arsitektur sistem. Tahap ini juga dapat mendeteksi apakah arsitektur sistem yang diinginkan dapat dibuat atau tidak. Tahap ini lebih pada analisis dan desain sistem serta implementasi sistem yang fokus pada purwarupa sistem (prototype).
3.      Construction
Tahap ini fokus pada pengembangan komponen dan fitur- fitur  sistem.  Tahap  ini  lebih  pada  implementasi  dan  pengujian sistem yang fokus pada implementasi perangkat lunak pada kode program.
4.      Transition
Tahap ini lebih pada deployment atau instalasi sistem agar dapat dimengerti oleh user. Aktivitas pada tahap ini termasuk pada pelatihan user dan  pengujian  sistem  apakah   sudah  memenuhi harapan user.

RUP memiliki sembilan core workflows yang merepresentasikan kegiatan pengembangan. Terbagi menjadi dua kategori yaitu Core Process Workflows dan Core Supporting Workflows. Core Process Workflows terdiri dari business modelling, requirement, analysis & design, implementation, test, dan deployment. Core Supporting  Workflows terdiri dari project management,  configuration  & change management, dan environment.
Core Process Workflow merupakan kegiatan yang bersifat pokok. Berikut penjelasan lebih lengkap:
1.      Business Modelling
Dalam business modelling terdapat pendokumentasian proses bisnis menggunakan kasus penggunaan bisnis (Business Use Case). Business Modelling digunakan untuk menemukan dan menganalisis persyaratan sistem, memahami tujuan dari organisasi target.
2.      Requirements
Requirements untuk menggambarkan apa yang harus dilakukan oleh sistem. Pengembang dan pengguna harus memiliki pemahaman yang sama terhadap kebutuhan sistem, sehingga sistem dapat dibangun sesuai keinginan dan kebutuhan pengguna.
3.      Analysis & Design
Analysis & design merupakan kegiatan menunjukkan bagaimana sistem akan direalisasikan dalam tahap implementasi. Menghasilkan model desain yang berfungsi sebagai abstraksi kode program. Analysis & design yang baik dapat menggambarkan arsitektur sistem yang terstruktur sesuai kebutuhan sistem.
4.      Implementation
Mengintegrasikan hasil pengodean menjadi sebuah sistem yang dapat dieksekusi atau digunakan. Implementation yang baik akan menghasilkan sistem sesuai kebutuhan pengguna, sistem yang mudah dikelola, dan dapat digunakan kembali atau dikembangkan.
5.      Test
Test merupakan kegiatan pengujian kualitas perangkat lunak untuk mendeteksi  kesalahan  pada  setiap  proses  pengembangan.  Karakteristik  RUP menerapkan konsep perulangan, yang berarti melakukan proses pengujian terhadap keseluruhan proses pengembangan secara berulang.
6.      Deployment
Deployment merupakan kegiatan menyebarkan rilis produk dan mengirimkan produk ke pengguna. Kegiatan deployment yang baik tidak hanya melakukan rilis produk, tetapi memberikan dukungan (misal dokumentasi penggunaan) kepada pengguna.
Core Supporting Workflow merupakan kegiatan yang bersifat pelengkap. Dapat tidak dikerjakan jika memang tidak diperlukan. Berikut penjelasan lebih lengkap:
1.      Project Management
Project management adalah metode untuk mengelola risiko dan mengatasi kendala melalui perencanaan, penjadwalan, penempatan staff, pelaksanaan, dan pemantauan proyek.
2.      Configuration & Change Management
Configuration & change management adalah kegiatan mengontrol produk yang melibatkan banyak orang pada suatu proyek. Hal ini membantu menghindari kebingungan dan memastikan bahwa produk yang dihasilkan tidak saling bertentangan.
3.      Environment
Environment adalah kegiatan untuk menyediakan lingkungan pengembangan perangkat lunak, berupa proses dan alat-alat yang dibutuhkan. Hal ini memberikan panduan, template, dan alat yang diperlukan untuk proses pengembangan perangkat lunak.

Dari penelitian yang dilakukan menggunakan metode RUP dapat diketahui beberapa karakteristik RUP yang membedakannya dengan metode pengembangan yang lain yaitu sebagai berikut:


1. Setiap proses pada RUP seperti business modelling, reuirements, analysis and design dan yang lainnya bisa dilakukan pada setiap tahapan RUP yaitu inception, elaboration, constuction, and transition. Misalnya jika requirement pada tahap inception diketahui masih ada penambahan setelah memasuki tahap elaboration, maka proses requirements dilakukan lagi pada tahap pertama elaboration, sehingga tidak perlu kembali ke tahap inception, hanya prosesnya saja yang di lakukan lagi di tahap elabortaion.
2. Pengujian RUP dilakukan pada setiap tahapan. Pada tahap inception dilakukan pengujian untuk validasi kebutuhan dan use case diagram sistem yang dirancang. Tahap elaboration dilakukan pengujian untuk validasi fitur sistem. Untuk tahap construction dilakukan pengujian suitability dengan menggunakan black box testing, dan untuk tahap transition dilakukan pengujian usability sistem dengan menggunakan kuesioner.  
3.  Pengembang diharuskan untuk sesering mungkin berinteraksi dengan klien, karena pada metode ini semua hal yang dilakukan per tahapnya harus di validasi oleh klien sehingga harus sesuai dengan kebutuhan klien. 
4.   Ketika terdapat kebutuhan sistem pada tahap inception yang masih perlu dilakukan perubahan atau penambahan, maka proses perubahannya bisa cepat karena dilakukan pada tahap awal elaboration.
5. Untuk tim, metode RUP membebaskan jumlah timnya. Seperti pada penelitian yang dilakukan hanya dilakukan sendiri tanpa tim. Namun tetap harus disesuaikan dengan scope project yang dibangun. Scope project yang dilakukan pada penelitian ini masih dalam kategori kecil sampai menengah, sehingga masih bisa dilakukan sendiri.     

Referensi:


[1]      P. Kroll and P. Kruchten, The Rational Unified Process Made Easy. 2003.
[2]   A. A. D. I. Nugroho, “Analisis dan Pengembangan Sistem Ujian Akhir Semester Berbasis Komputer di SMK Negeri 1 Magelang,” Universitas Negeri Yogyakarta, 2018.


Blogueni
Blogueni

This is a short biography of the post author. Maecenas nec odio et ante tincidunt tempus donec vitae sapien ut libero venenatis faucibus nullam quis ante maecenas nec odio et ante tincidunt tempus donec.